1. Definisi
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita
makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal
produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak
tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis,
Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x
per-minggu.
B. Pemeriksaan
1. Indikasi dilakukan pemeriksaan feses
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya darah dalam tinja
c. Adanya lendir dalam tinja
d. Adanya ikterus
e. Adanya gangguan pencernaan
f. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
2. Macam pemeriksaan
a. Makroskopis
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau,
darah, lendir dan parasit.Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal
dari defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan,boleh juga
sampel tinja di ambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk
pemeriksaan biasa dipakai tinja sewaktu, jarang diperlukan tinja 24 jam
untuk pemeriksaan tertentu.
Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan mungkin
sekali unsure-unsur dalam tinja itu menjadi rusak. Bahan ini harus
dianggap bahan yang mungkin mendatangkan infeksi,berhati-hatilah saat
bekerja.
2
Dibawah ini merupakan syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :
1) Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
2) Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari es
3) Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
4) Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang bercampur darah atai lendir
5) Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu.
6) Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
7) Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
8) Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca
atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau
konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai.
Wadah harus bermulut lebar
9) Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka
hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya
dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja
Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan sampel feses.
1) Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari.
Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah
tinja meningkat.
2) Pemeriksaan Warna
a) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih
tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna
tinja
dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan
karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
b) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang
mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh
biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
c) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam
saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut
disebut akholis.
Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti
pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang
tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah
pemeriksaan radiologik.
d) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang
segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
e) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal
saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan
lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti
pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang
yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
3) Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau
busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak
dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh
pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang
tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi
asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan
rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
4) Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja
yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat
dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi
tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang
sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus
5) Pemeriksaan Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada
dinding usus.
a) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu
mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur
dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
b) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
c) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
d) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.
e) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya
ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif,
intestinal tbc.
f) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.
6) Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam.
Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur
dengan tinja.
a) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur
dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada
tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
b) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di
bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid
atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam
warnanya.
7) Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada
penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal
abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah
dalam jumlah yang banyak.
8) Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
9) Pemeriksaan adanya sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan
keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang
dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian
lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan
zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan
Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti
butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau
Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai
tetes-tetes merah atau jingga.
b. Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing,
leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari
semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap
protozoa dan telur cacing.
1) Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
2) Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis dan sebagainya.
3) Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh
sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan
didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada
bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran
pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
4) Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau
anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur.
Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
5) Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang
berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari
bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak.
Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau
peradangan dinding usus bagian distal.
6) Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin
terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal
tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau
strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan
lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja,
Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden
didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis.
Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal
hematoidin.
7) Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya
sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya
menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
8) Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba
9) Jamur
a. Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH
(kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan
tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan
menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis
adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil
pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk
invasif dari Candida pada sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko
seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan
antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis
dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan
obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor
risiko juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran
kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi
adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara
mikroskopik juga.
c. Kimia
1) Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap
darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya
perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau
mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh
kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes
darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac
tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan
penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
a) Metode benzidine basa
i. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.
ii. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
iii. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
iv. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
v. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
vi. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
vii. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
Positif ( +) hijau
Positif (2+) biru bercampur hijau
Positif (3+) biru
Positif (4+) biru tua
b) Metode Benzidine Dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine
basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil
positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas.
c) Cara Guajac
Prosedur Kerja :
i. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur.
ii. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alcohol 95 %, campur.
iii. Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi
tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
iv. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas
kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah
preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis
tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu,
sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat
menyebabkan positif (+) palsu
10) Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang
pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi
negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
Prosedur kerja :
1. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan
larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam
4. Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
2) Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang
lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat
menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan
per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan
ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu
jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian
ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin
urin.
3) Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena
bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh
udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang
menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan
jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin
memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk
mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet.
Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.
(Halaman 180-185)
Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.(Halaman 518-519)
0 komentar:
Posting Komentar